Senin, 03 Desember 2012
PEMBAHASAN
A.
Flagellata
Flagellata
(dalam bahasa Latin diambil dari kata “flagell”
yang berarti cambuk) atau Mastighopora (dari bahasa Yunani, “mastig” yang
berarti cambuk, dan “phora” yang berarti gerakan, dalam taksonomi kuno
Flagellata merupakan salah satu kelas dalam filum protozoa atau protista yang
mirip hewan, namun dalam taksonomi modern menjadi superkelas yang dibagi
menjadi dua kelas, yaitu fitoflagelata dan zooflagelata.
B.
Klasifikasi
Flagellata
Dilihat
dari bentuknya, flagellata dikelompokkan menjadi dua, yaitu berbentuk seperti
tumbuhan yang dinamakan Fitoflagelata dan yang berbentuk hewan yang dinamakan
Zooflagellata.
1. Fitoflagellata
Fitoflagellata
adalah flagellata yang mirip dengan tumbuhan karena memiliki kromotafora,
sehingga dapat melakukan fotosintesis (fotosintetik). Fitoflagellata
mencernakan makanannya dengan berbagai cara, menelan lalu mencernakan didalam
tubuhnya (holozoik), membuat sendiri makanannya (holofitrik), atau mencernakan
organisme yang sudah mati (saprofitik). Habitat fitoflagellata adalah di
perairan bersih dan di perairan kotor. Fitoflagellata bergerak menggunakan
flagella. Fitoflagellata di klasifikasikan menjadi 3 kelas, yaitu
a. Euglenoida
Tubuhnya
menyerupai gelendong dan diselimuti oleh pelikel. Contoh dari kelas Euglenoida
yaitu Euglena viridis. Euglena viridis memiliki ciri-ciri,
ukuran tubuhnya antara 35-60 mikron, ujung tubuhnya berbentuk meruncing dengan
satu bulu cambuk dibagian anterior sel. Euglena viridis memiliki stigma (bintik
mata berwarna merah) yang berfungsi untuk membedakan antara gelap dan terang.
Menurut Lupita, Euglena viridis dapat bersifat holofitrik dan holozoik.
Bersifat holofitrik karena memiliki kloroplas yang mengandung klorofil,
sehingga dapat membuat makanannya sendiri dengan cara melakukan fotosintesis.
Bersifat holozoik yaitu dengan cara memasukkan makanannya yang beruoa organisme
berukuran lebih kecil melalui sitofaring menuju vakuola dan tempat inilah
makanan dicerna.
b. Nocticula
miliaris
Tubuhnya
berukuran besar dan biasanya hidup di habitat air laut. Noctiluca miliaris
kebanyakan hidup di air laut dengan ciri-ciri memiliki satu pasang flagella
yang berukuran satu panjang dan satu pendek, dapat melakukan simbiosis dengan
jenis ganggang tertentu. Nocticulla miliaris dapat memancarkan sinar
(bioluminense) apabila tubuhnya terkena rangsangan mekanik
c. Volvocida
Volvocida
tubuh hewan ini pada umumnya berbentuk bulat dan berkoloni. Contoh dari
volvocida antara lain adalah Volvox globator. Ciri-ciri dari volvox antara lain
hidup secara berkoloni, koloni Volvox dapat terdiri dari ribuan sel yang masing-masing
sel memiliki dua flagella. Setiap sel memiliki inti, vakuola kontraktil, stigma
dan kloroplas. Sel-sel memiliki eyespots, lebih maju dekat anterior, yang
memungkinkan koloni untuk berenang menuju cahaya. Ciri-ciri Volvox antara lain
koloninya terdiri dari ribuan individu bersel satu yang masing-masing memiliki
dua flagella; setiap sel memiliki inti, vakuola kontraktil, stigma dan
kloroplas. Sel-sel dihubungkan dengan benang-benang protoplasma membentuk
hubungan fisiologis.
2. Zooflagellata
Zooflagellata
adalah flagellata yang menyerupai hewan, tidak berkloroplas dan bersifat
heterotrof. Flagellata ini ada yang hidup bebas, bersimbiosis dengan organisme
lain, namun kebanyakan bersifat parasit pada organisme lain. Contoh
zooflagelata, antara lain yaitu Trypanosoma gambiens dan Leishmania. Makananya
berupa zat organik yang diperoleh dari lingkungannya. Beberapa jenis flagellata
memperoleh makanan dari tubuh inangnya. Zooflagellata berhabitat di laut dan
air tawar.
a. Trypanosoma
Hewan
ini bercirikan bentuk tubuh yang pipih dan panjang seperti daun, merupakan
parasit dalam darah vertebrata dan tidak membentuk kista. Jenis-jenis
Trypanosoma antara lain adalah:
·
Trypanosoma lewisi hidup pada tikus, perantaranya
adalah lalat tse-tse.
·
Trypanosoma evansi,
penyebab penyakit sura (malas) pada ternak; hospes perantaranya adalah lalat
tse-tse.
·
Trypanosoma gambiense
dan T. Rhodesiensis hewan penyebab penyakit tidur pada manusia.
·
Trypanosoma cruzi,
penyebab penyakit cagas (anemia pada anak kecil)
b. Leishmania
Merupakan
penyebab penyakit pada sel-sel endothelium pembuluh darah.
Jenis-jenis Leishmania
adalah:
·
Leishmania donovani,
penyebab penyakit kalazar yang diandai dengan demam dan anemia, hewan ini
banyak terdapat di Mesir, sekitar laut tengah dan India.
·
Leishmania tropica,
penyebab penyakit kulit, disebut penyakit oriental sore, terdapat di Asia
(daerah Mediterania) dan sebagian Amerika Selatan. Ada dua tipe “oriental sore”
yang disebabkan oleh strain yang berlainan, yaitu:
1) Leishmania
kulit tipe kering atau urban yang menyebabkan penyakit menahun.
2) Leishmania
kulit tioe basah atau rural yang menyebabkan penyakit akut.
·
Leishmania
brasiliensis, juga penyebab penyakit kulit di Meksiko dan Amerika Tengah serta
Selatan
C.
Morfogenesis
Flagellata
Bentuk
tubuh flagellata sangat beragam, ada yang berbentuk lonjong, menyerupai bola,
memanjang dan polimorfik (memiliki berbagai bentuk morfologi). Hidup secara
soliter dan ada yang berkoloni.
Fitoflagellata
mempunyai tubuh yang diselubungi oleh membran selulosa, misalnya volvox. Ada
pula yang memiliki lapisan pelikel, misalnya Euglena. Pelikel adalah lapisan
luar yang terbentuk dari selaput plasma yang mengandung protein.
Bentuk
tubuh zooflagelata mirip dengan sel leher porifera. Zooflagelata mempunyai
flagel yang berfungsi untuk menghasilkan aliran air dengan menggoyangkan
flagel. Selain itu, flagella juga berfungsi sebagai alat gerak.
Koloni
volvox dapat terdiri dari ribuan sel dan diselubungi oleh membran selulosa.
Salah satu spesies Fitoflagellata yang mudah ditemukan dan diamati morfologinya
yaitu Euglena viridis. Euglena viridis berbentuk seperti
gelendong dengan bagian anterior tubuh tumpul dan bagian posterior meruncing.
Struktur tubuh Euglena viridis
terlindungi oleh pelikel dan dilengkapi dengan satu flagel yang terletak
dibagian anterior. Flagel berfungsi sebagai alat gerak untuk berpindah tempat
dan berfungsi untuk mengumulkan makanan.
Pada
ujung anterior tubuh juga terdapat celah sempit yang memanjang ke arah
pasterior dan melebar membentuk kantong cadangan atau reservoir. Pada Euglena
terdapat bintik mata atau stigma. Stigma merupakan kumpulan pigmen yang sangat
peka terhadap cahaya, sehingga berfungsi sebagai penentu arah gerak aktif yang
berhubungan dengan intesitas cahaya dilingkungan. Di dalam sitoplasma terdapat
berbagai organel seperti plastida, kloroplas, nukleus, vakuola kontraktil dan
vakuola nonkontraktil. Vakuola dapat berperan sebagai pompa untuk mengelluarkan
kelebihan air dari sel atau untuk mengukur tekanan osmosis.
D.
Fisiologis
Flagellata
Pada
umumnya Flagellata membutuhkan suhu optimum antara 16-25°C,
sedangkan pH antara pH 6-8. Flagellata memperoleh nutrisi dengan beberapa cara
yaitu bersifat holozoik (heterotrof), apabila makanannya berupa organisme lain
yang berukuran tubuh kecil, bersifat holofilik (autotrof), dapat mensintesis
makanannya sendiri dari zat organik yang berasal dari lingkungan karena
memiliki kloroplas, bersifat saprofitik, yaitu menggunakan sisa bahan organik
dari organisme yang telah mati dan bersifat parasitik dengan cara menempel pada
inang untuk mendapat nutrisi.
Flagellata
bersifat aerobik fotosintetik, karena sebagian besar spesies ini memiliki
kloroplas, sehingga dapat menghasilkan makanan sendiri (holofilik) dan mencerna
organisme lain (holozoik). Euglena viridis dapat menghasilkan makanan sendiri
karena pada lapisan entoplasma terdapat kloroplas yang mengandung klorofil a
dan b. Pada keadaan lingkungan cukup cahaya, terjadi fotosintesis yang
menghasilkan zat tepung (amilum). Amilum ini di simpan didalam sitoplasma dalam
bentuk butir-butir paramilum
E.
Reproduksi
dan Daur Hidup Flagellata
1. Reproduksi
Flagellata
Reproduksi pada Flagellata ada 2
macam, yaitu vegetatif dan generatif. Reproduksi vegetatif terjadi dengan cara
pembelahan biner secara transversal, misalnya pada Euglena, sedangkan
reproduksi generatif terjadi melalui persatuan antara ovum dan spermatozoid,
misalnya pada Volvox .
a. Reproduksi secara vegetatif:
pembelahan biner
Pembelahan biner pada flagellata
berlangsung secara longitudinal. Menurut Smith (2010), pembelahan sel dimulai
dengan menduplikasi DNA-nya untuk membuat duaset lengkap. Sel terus tumbuh dan
set DNA bergerak ke ujung berlawanan pada sisi sel.Setelah sel telah mencapai
ukuran yang tepat, sel membagi menjadi dua sel anak dengan DNA yang identik.
Fusi biner adalah cara reproduksi klasik yang digunakan ketika suatu organisme
hidup dalam lingkunganyang stabil. Waktu pembelahan biner ini penting, karena
organisme harus melakukannya pada saat yang tepat. Proses ini sebagian diatur
oleh septum cincin, yaitu cincin protein yang terbentuk disekitarpertengahan sel.
Septum cincin ini mendorong sel untuk dibagi secara merata tanpa merusak DNA
atau dinding sel. Kesalahan dalam proses fusi dapat menyebabkan pembentukan sel
anak dengan DNA tidak lengkap, atau salinan tambahan gen tertentu. Cincin
septum dirancang untuk mencegah hal ini.
b. Reproduksi secara generatif:
persatuan antaraovum dan spermatozoid.
Selain reproduksi secara vegetative
(pembelahan biner), kelompok flagellata juga melakukan perkembangbiakan
secarageneratif. Reproduksi ini sangat diperlukan untuk memperkaya variasi
genetic, sehingga akan meningkatkan kemampuannya untuk hidup pada kondisi
lingkungan yang baru. Contoh flagellate yang memiliki proses secara generative
adalah Volvox sp. Volvox merupakan kandidat protozoa yang unik untuk diteliti.
Catatan penting untuk membahas Volvox adalah Volvox merupakan Flagellata yang
berkoloni membentuk suatu bola. Reproduksi aseksual terjadi pada garis ekuator, sel ini berkembang menjadi
“germcell”, kelompok individu jantan dan individu betina terbentuk pada koloni
yang berbeda. Sel-sel germinal betina tidak membagi, melainkan semakin membesar
untuk membentuk sebuah ovum. Pada beberapaspesies koloni Volvox bersifat
hermaproditic, yaitu dalam satu koloni dapat membentuk sperma serta ovum. Namun
kematangan sperma dan ovum tidak pada saat yang bersamaan, sehingga pembuahan
diri (pada satu koloni) dapat dicegah (Wimvan, 2003).
Reproduksi dimulai dari koloni betina yang menggandung ovum
dan koloni jantan yang mengandung sperma bertemu. Ovum dihasilkan oleh
oogonium, sedangkan Volvox jantan menghasilkan spermatozoid oleh
spermatogonium. Setelah terjadi fertilisasi akan menghasilkan zigot, zigot akan
menghasilkan empat spora, yang kemudian akan menjadi individu baru. koloni
Volvox jantan dengan paket sel sperma dan Volvoxbetina dengan ovum. Sel sperma
akan menuju koloni Volvox betina untuk mencariovum dan terjadi pembuahan.
2. Daur
Hidup Flagellata
Flagellata
memiliki tahapan trofozoit dan kista. Pada tahapan trofozoit erupakan waktu
aktif untuk mencari makan dan tumbuh. Sedangkan dalam bentuk kista, flagellata
dapat bertahan hidup kondisi yang sulit, seperti terpapar pada suhu yang
ekstrem dan bahan kimia berbahaya, atau waktu lama tanpa akses terhadap
nutrisi, air atau oksigen untuk jangka waktu tertentu. Pada zooflagelata, menjadi
bentukan kista memungkinkan terjadinya transimisi dari satu host ke host yang
lain. Proses dimana terjadi perubahan menjadi bentuk kista disebut encystation,
sedangkan proses mentransformasikan kembali trophozoit disebut excystation.
F.
Habitat
Flagellata
Air
merupakan faktor penting keberadaan flagellata selain ketersediaan makanan, pH
dan suhu. Flagellata dapat ditemukan dilingkungan air tawar, di danau, sungai ,
kolam atau genangan air, misalnya Euglenoida
dan Volvocida, maupun air laut,
misalnya Dinoflagellata. Spesies Zooflagelata sebagian besar bersifat parasit,
namun adapula yang bersimbiosis dengan organisme lain, misalnya Myxotrica
didalam usus rayap.
G.
Peranan
Flagellata
Flagellata
memiliki peranan yang penting dalam lingkungan perairan, flagellata berperan
sebagi predator karena memangsa organisme uniseluler atau ganggang, bakteri dan
mikrofungi, sehingga populasi organisme dapat dikendalikan. Selain berfungsi
sebagai pengendali, Flagellata yang bersifat sarofitik berperan sebagai dekomposer
dalam rantai makanan.
Dilingkungan perairan
flagellata berperan sebagai fitoplankton dan zooplankton sebagai sumber pakan
alami ikan dan udang. Euglena viridis dapat digunakan sebagai sumber Protein
Sel Tunggal (PST), karena memiliki kandungan protein yang sangat tinggi. Trichonympha dan Myxotricha yang hidup didalam usus rayap dapat menghasilkan enzim
selulosa, sehingga membuat partikel kayu tersebut menjadi lebih lunak dan dapat
dicerna rayap.
H.
Sistem
yang terdapat pada flagellata
Sistem Gerak
Alat
gerak flagellata adalah flagellum atau cambuk getar, yang juga merupakan ciri
khasnya, sehingga namanya disebut flagellata (flagellum=cambuk). Letaknya
berada pada ujung depan sel (anterior) sehingga saat bergerak seperti mendorong
sel tubuhnya dan ada juga dibagian belakang sel (posterior).
Selain
berfungsi sebagai alat gerak, flagel juga dapat digunakan untuk mengetahui
keadaan lingkungannya atau dapat juga digunakan sebagai alat indera dan alat
bantu untuk menangkap makanan.
Sistem Pernapasan
Respirasi
pada flagellata terjadi secara difusi. Oksigen yang berasal dari lingkungan
dapat berdifusi masuk melalui membran sel, begitu juga dengan karbondioksida
hasil pernapasan akan berdifusi keluar melalui membran sel. Menurut Haeckel’s
(1904).
Flagellata
juga memiliki alat pernapasan yang disebut stigma. Stigma ini berfungsi sebagai
alat respirasi yang dilakukan untuk pembakaran hidrogen yang terkandung di
dalam kornel. Oksigen digunakan untuk pelepasan energi secara aerobik. Energi
digunakan untuk pengumpulan senyawa-senyawa yang dibutuhkan dalam pertumbuhan
dan perbaikan sel.
Sistem Pencernaan
Pada
umumnya Flagellata misalnya Euglena dan Dinoflagellata, untuk mendapatkan
makanan dapat bersifat miksotrof (bersifat holozoik dan holofitrik). Secara
holozoik dengan bantuan flagella yang tidak hanya berfungsi sebagai alat gerak,
melainkan berfungsi juga untuk memperoleh makanan. Gerakan flagella yang
berombak-ombak menghasilkan aliran air di sekitar mulut, sehingga makanan
mengumpul dan terdorong masuk ke dalam mulut. Makanan yang masuk ke dalam mulut
bergerak melewati kerongkongan dan bermuara pada suatu tempat penampungan
(resevoir). Kedalam resevoir itu bermuara beberapa vakuola kotraktil kecil.
Ketika berisi makanan, vakuola makanan enjadi membesar. Lisosommemberikan enzim
ke dalam vakuola makanan untuk encernakan makanan, kemudian vakuola membesar
kembali. Hasil pencernaan makanan didispersikan ke dalam sitoplasma secara
pinositosis, dan sisa yang tidak tercerna dikeluarkan dari sel.
I.
Nama
Spesies Flagellata dan Penyakit yang ditimbulkan
No
|
Nama Spesies
|
Penyakit
|
1
|
Trypanosoma
Gambiense
|
Penyakit
suka tidur ® Plasma darah ®vektor
lalat tsetse
|
2
|
Trichomonas
Vaginalis
|
penyakit
vaginitis, yaitu merupakan peradangan pada vagina yang ditandai dengan
keluarnya cairan dan disertai rasa panas seperti terbakar dan rasa gatal
|
3
|
Giardia
Lamblia
|
Penyakit
disentri/diare dan kejang-kejang di bagian perut.
|
4
|
Leishmania
donovani
|
Penyakit
pada anjing dan dapat ditularkan kepada manusia. Penyakt ini menyebabkan
perbesaran limfa, hati, kelenjar limfa, anemia sehingga dapat menimpbulkan
kematian. Inang perantaranya sejenis lalat pasir (Phlebotomus)
|
5
|
Trypanosoma
Cruci
|
Penyakit
cagas (anemia anak)
|
6
|
Trypanosoma
Evansi
|
Penyakit
surrah ® vektor lalat tabanidae
|
7
|
Trypanosoma
Brucei
|
Penyakit
nagano pada ternak
|
8
|
Trypanosoma
Rhodosiense
|
Penyakit
tidur ® vektor lalat tsetse
|
9
|
Trypanosoma
Levisi
|
Parasit
pada darah tikus
|
10
|
Leishmania
Donovani
|
Pembengkakan
pada kelenjar (kalaazar)
|
11
|
Leishmania
Tropika
|
Penyakit
kulit
|
12
|
Trychomonas
Foetus
|
Parasit
pada vagina sapi
|
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Salah
satu sifat dasar manusia adalah rasa ingin tahu. Sifat tersebut akan mendorong
manusia bertanya untuk mendapatkan pengetahuan. Setiap manusia yang berakal
sehat sudah pasti memiliki pengetahuan, baik berupa fakta, konsep, prinsip,
maupun prosedur tentang suatu obyek.
Penelitian dapat
didefinisikan sebagai upaya mencari jawaban yang benar atas suatu masalah
berdasarkan logika dan didukung oleh fakta empirik. Penelitian menggabungkan
cara berpikir rasional yang didasari oleh logika/penalaran dan cara berpikir
empiris yang didasari oleh fakta/ realita. Penelitian sebagai upaya untuk
memperoleh kebenaran harus didasari oleh proses berpikir ilmiah yang dituangka
dalam metode ilmiah.
Banyak macam-macam dari
jenis penelitian. Misalnya, penelitian tindakan kelas, penelitian eksperimen
serta penelitian deskriptif. Ketiga penelitian tersebut memiliki karakteristik sendiri. Penelitian
tindakan kelas merupakan intervensi praktik dunia nyata yang ditujukan untuk
meningkatkan situasi praktis. Sedangkan untuk penelitian eksperimen merupakan
bentuk khusus investigasi yang di gunakan untuk menentukan variable-variabel
apa sajakah serta bagaimana bentuk hubungan antara satu dengan lainnya. Berbeda
lagi dengan penelitian deskriptif, penelitian yang dilakukan untuk mengetahui
nilai variabel mandiri, baik satu variabel atau lebih (independen) tanpa
membuat perbandingan, atau penghubungan dengan variabel yang lain.
Pada hakikatnya penelitian
digunakan untuk menyelesaikan masalah yang kita hadapi tidak mengenal jenis
atau macamnya, berdasarkan macam penelitian tersebut maka penulis akan membahas
salah satu jenis metode dalm penelitian eksperimen yaitu Non Randomized Control
Group Pretest Postest)
1.2. Perumusan Masalah
a.
Apa yang dimaksud dengan Penelitian eksperimen?
b.
Apa pengertian dari desain penelitian dan jenisnya?
c.
Apakah yang dimaksud dengan quasi ekperiment dan
pembagiannya?
d.
Apakah yang dimaksud dengan Non Random Control Group Pretest
Posttest dan bagaimana penerapannya?
1.3. Tujuan
a. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan desain penelitian?
b. Untuk
mengetahui apa pengertian dari penelitian eksperimen?
c. Untuk mengetahui apakah yang dimaksud dengan quasi ekperiment dan
pembagiannya?
d. Untuk Mengetahui apakah yang dimaksud dengan Non Random Control Group
Pretest Posttest dan bagaimana
penerapannya?
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Penelitian Eksperimen
Penelitian eksperimen
(Experimental Research) yaitu suatu penelitian yang berusaha mencari pengaruh
variabel tertentu terhadap variabel yang lain dalam kondisi yang terkontrol
secara ketat (Tuckman, 1982 : 128-156)
Menurut Latipun (2002) Penelitian
eksperimen merupakan penelitian yang dilakukan dengn melakukan manipulasi yang
bertujuan untuk mengetahui akibat manipulasi terhadap perilaku individu yang
diamati.
Selain itu, Hadi (1985) mendefinisikan
penelitian eksperimen sebagai penelitian yang dilakukan untuk mengetahui akibat
yang ditimbulkan dari suatu perlakuan yang diberikan secara sengaja oleh
peneliti.
Jadi,penelitian
eksperimen adalah penelitian yang dilakukan untuk mengetahui pengaruh pemberian
suatu treatment atau perlakuan terhadap subjek penelitian.
2.2 Pengertian Desain Penelitian
Desain penelitian adalah rencana atau
strategi yang digunakan untuk menjawab masalah penelitian (menguji hipotesis)
dan mengontrol variabel sekunder.
Desain penelitian eksperimental merupakan
bagian penting dalam metode penelitian eksperimental karena menunjukkan
bagaimana suatu penelitian eksperimental akan dilakukan
Berdasarkan jumlah kelompok yang digunakan, desain penelitian
eksperimental dapat dibedakan atas”
a.
Desain Satu-Kelompok
b.
Desain Dua-kelompok
c.
Desain ANAVAR Satu Jalur
d.
Desain Faktorial
2.3 Pengertian dan Jenis Quasi Eksperiment
Quasi experiment didefinisikan sebagai eksperimen yang memiliki perlakuan, pengukuran dampak, unit eksperimen
namun tidak menggunakan penugasan acak untuk menciptakan perbandingan dalam rangka menyimpulkan perubahan yang disebabkan
perlakuan (Cook & Campbell, 1979). Jenis ini juga seringkali disebut sebagai
post-hoc research yang berarti bahwa peneliti dapat melihat efek
yang terjadi dari sebuah variabel setelah kejadian tertentu (Salkind,
2006:234). Quasi experiment sesungguhnya dapat dikatakan mirip dengan true
experiment jika dilihat dari pemanipulasian variabel independen yang dilakukan
(Ary et al, 2010:316). Adapun beberapa jenis dari quasi eksperimen yaitu :
a.
Nonrandomized Control Group, Pretest–Posttest Design
Disebut juga sebagai non eqivalent
control group design dan dianggap sebagai desain yang paling banyak
digunakan di dalam teknik quasi experiment (Salkind, 2006:235). Desain ini
mirip dengan pre-test-posttest di
dalam true experiment namun tidak memiliki penugasan acak
didalamnya. Karena adanya pretest, maka pada desain penelitian tingkat kesetaraan
kelompok turut diperhitungkan
b.
Counterbalanced Design
Desain
jenis ini umumnya menggunakan lebih dari satu intact class (kelas yang sudah terbentuk sebelumnya) lalu dirotasi
perlakuannya pada interval waktu tertentu. Perbedaan utama antara jenis ini
dengan jenis sebelumnya adalah bahwa seluruh kelompok akan mengalami perlakuan
yang sama, tetapi dengan urutan yang berbeda-beda.
c. One-Group
Time-Series Design
Desain
jenis ini hanya dilakukan pada satu kelompok dengan perlakuan yang diulang-ulang.
Skema di tabel 3 menunjukkan contoh perlakuan pada desain jenis ini dengan
melakukan observasi yang sama secara berulang-ulang
BAB III
PEMBAHASAN
Non Randomized Control Group Pretest Posttest disebut juga sebagai non eqivalent control group design dan
dianggap sebagai desain yang paling banyak digunakan di dalam teknik quasi
experiment (Salkind, 2006:235). Desain ini mirip dengan pre-test-posttest di dalam true
experiment namun tidak memiliki
penugasan acak didalamnya. Karena adanya pretest, maka pada desain penelitian
tingkat kesetaraan kelompok turut diperhitungkan. Pretest dalam desain penelitian ini juga dapat
digunakan untuk pengontrolan secara statistik (statistical control) serta dapat digunakan untuk melihat pengaruh
perlakuan terhadap capaian skor (gain
score).
Tabel 1: Skema Nonrandomized Control Group, Pretest–Posttest Design (Ary et al,
2010)
Group
|
Pretest
|
Independent
Variable
|
Posttest
|
E
|
Y1
|
X
|
Y2
|
C
|
Y1
|
—
|
Y2
|
Hal yang
penting diperhatikan di dalam desain ini adalah jika posttest yang dilakukan
ternyata tidak berpengaruh kepada subjek
eksperimen akibat adanya pengaruh dari pretest sebelumnya. Sebab hasil posttest
bisa jadi hanya merupakan pengaruh akibat dari adanya pretest. Misal: jika di
dalam pretest terdapat pertanyaan, “Apakah Anda sering membaca harian Kompas?”,
dan setelah terjadi perlakuan pada subjek eksperimen yang didalamnya
mengharuskan mereka sering melakukan review terhadap artikel di harian Kompas,
maka jawaban pada saat posttest untuk pertanyaan yang sama bisa menjadi bias.
Tetapi yang
biasa terjadi antara hasil pretest dan posttest umumnya dapat dihindari jika
tes yang dilakukan lebih bersifat sebagai achievement
test, karena didalamnya akan menuntut subjek menjawab posttest berdasarkan
hasil perlakuan eksperimen.
Namun jika
tes yang dilakukan lebih mengarah ke motivasi atau sikap, maka disarankan untuk
tidak menggunakan desain jenis ini (Ary et al, 2010).
Hasil yang
mungkin terjadi di dalam desain ini antara lain (Vockell, 1983:177) :
a.
Kelompok yang mendapat perlakuan mendapatkan hasil
posttest yang lebih baik (dianggap sebagai hasil yang terbaik dari eksperimen)

Gambar 1. Contoh
Kemungkinan Pertama
b.
Kelompok yang mendapat perlakuan mendapatkan hasil
posttest yang sama baik atau sama meningkat dengan kelompok yang tidak mendapat
perlakuan (diasumsikan sebagai hasil gagal dalam eksperimen karena perlakuan
tidak memiliki pengaruh)

Gambar 2. Contoh
Kemungkinan Kedua dan Ketiga
Secara umum, desain ini cukup
memadai untuk dilakukan di dalam situasi yang tidak memungkinkan bagi peneliti
untuk melakukan penugasan secara acak dan lebih ditekankan kepada hasil
posttest yang bersifat achievement
sehingga efek dari eksperimen dapat lebih terlihat secara jelas. Umumnya desain
jenis ini digabungkan dengan desain lain dari quasi experiment agar dapat
mendapatkan hasil yang lebih optimal (Vockell, 1983:178)
Instrumen yang digunakan
dalam penelitian ini
terdiri dari instrumen
tes, lembar observasi, dan angket. Secara lebih rinci dapat dijelaskan
sebagai berikut:
1. Instrumen
Tes
Tes sebagai instrumen
pengumpul data adalah
serangkaian pertanyaan atau latihan
yang digunakan untuk
mengukur kemampuan pengetahuan,
intelegensi, kemampuan atau bakat
yang dimiliki oleh
individu atau kelas
(Riduwan, 2008: 43105). Instrumen
tes digunakan untuk
mengetahui keterampilan berpikir
kritis siswa pada pokok
bahasan alat-alat optik.
Instrumen tes yang
dibuat berbentuk pilihan ganda
beralasan sebanyak 20 butir soal. Tes dilakukan sebanyak dua kali, yaitu tes
awal (pretest) dan
tes akhir (posttest).
2. Lembar Observasi
Lembar observasi berfungsi untuk mengetahui keterlaksanaan proses
3. Angket
(Questionnaire)
Riduwan (2008: 105) menyatakan bahwa
angket adalah daftar
pertanyaan yang diberikan kepada
orang lain bersedia
memberikan respon sesuai
dengan permintaan pengguna.
Prosedur
Penelitian
Langkah-langkah dalam quasi eksperiment ini salah satu contohnya :
1. Studi
Pendahuluan
Studi pendahuluan
dilakukan dengan tujuan untuk
mengetahui kondisi nyata pembelajaran fisika
sehingga melalui kegiatan ini
dapat diketahui kendala-kendala yang
dihadapi siswa dalam pembelajaran.
2. Studi
Literatur
Studi literatur dilakukan
dengan mengkaji buku-buku,
penelitian-penelitian sebelumnya,
dan teori-teori pengembangan penelitian. Pengkajian terhadap buku-buku
dilakukan untuk keperluan pengembangan
materi pembelajaran dan
media pembelajaran
3. Perancangan
Instrumen Penelitian dan Media Pembelajaran
Instrumen
penelitian dirancang dengan
mengacu kepada SK,
KD, serta indikator-indikator pembelajaran dan keterampilan berpikir kritis.
4. Uji
Coba Instrumen Penelitian
Uji coba instrumen penelitian dilakukan untuk mengetahui validitas,
reliabilitas, daya pembeda,
dan tingkat kemudahan
dari instrumen yang
telah dibuat.
5. Tahap
Implementasi
Media
pembelajaran yang telah
dibuat selanjutnya diimplementasikan dalam pembelajaran.
Teknik
Pengumpulan Data
Data yang diperoleh dalam
penelitian ini terdiri dari data
kuantitatif dan data kualitatif.
1. Data Kuantitatif
Data kuantitatif dalam penelitian
diperoleh melalui kegiatantes untuk mengetahui keterampilan
berpikir kritis siswa. Tes ini
dilaksanakan sebanyak dua kali yaitu tes awal (pretest) dan tes akhir
(posttest)
2. Data Kualitatif
Data kualitatif
dalam penelitian diperoleh melalui pengisian lembar observasi
BAB
IV
PENUTUP
Mengakhiri Makalah ini, penyusun
tidak lupa mengucapkan puji syukur kehadirat tuhan yang maha esa atas segala
Rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Makalah ini dengan baik.
Tetapi bila ada terdapat kesalahan dalam penuturan kata-kata agar sekiranya
dapat dimaklumi, karena bagaimanapun penulis masih dalam tahap belajar,
sehingga masih perlu penambahan disana-sini.
Dalam bab ini, penulis akan
mengemukakan beberapa kesimpulan dari penulisan Makalah ini yang mungkin dapat
bermanfaat bagi kita semua
3.1 Kesimpulan
1. Penelitian eksperimen adalah penelitian yang dilakukan
untuk mengetahui pengaruh pemberian suatu treatment atau perlakuan terhadap
subjek penelitian.
2. Desain
Penelitian Eksperimen adalah Desain penelitian adalah rencana atau strategi
yang digunakan untuk menjawab masalah penelitian (menguji hipotesis) dan
mengontrol variabel sekunder.
3. Quasi Eksperiment adalah yang memiliki perlakuan, pengukuran dampak, unit eksperimen
namun tidak menggunakan penugasan acak untuk menciptakan perbandingan dalam rangka menyimpulkan perubahan yang
disebabkan perlakuan.
4. Non Random Control Group Prestest Posttest
adalah desain exsperimen namun tidak memiliki penugasan acak
didalamnya. Karena adanya pretest, maka pada desain penelitian tingkat
kesetaraan kelompok turut diperhitungkan. Pretest dalam desain penelitian ini juga dapat
digunakan untuk pengontrolan secara statistik (statistical control) serta dapat digunakan untuk melihat pengaruh
perlakuan terhadap capaian skor (gain
score).
;;
Subscribe to:
Postingan (Atom)